Loading...

Cerita Horor Seorang Fotografer di Kota Tua Jakarta

Loading...
Cerita Horor Seorang Fotografer di Kota Tua Jakarta - Apa khabar sahabat TIMES NEW MALAYSIA, Dalam artikel yang anda baca kali ini dengan tajuk Cerita Horor Seorang Fotografer di Kota Tua Jakarta, kami telah menyediakan dengan baik untuk artikel ini anda membaca dan memuat turun maklumat di dalamnya. mudah-mudahan mengisi jawatan Artikel BOLASEPAK, Artikel NEWS, Artikel PERNIAGAAN, kita menulis ini, anda boleh memahami. Nah, selamat membaca.

Tajuk : Cerita Horor Seorang Fotografer di Kota Tua Jakarta
link : Cerita Horor Seorang Fotografer di Kota Tua Jakarta

lihat juga


Cerita Horor Seorang Fotografer di Kota Tua Jakarta

Kota Tua Jakarta merupakan wisata yang terjangkau oleh semua kalangan warga Ibu Kota, untuk menghilangkan kepenatan dari rutinitas. Di balik wisata eksotis kawasan peninggalan Belanda ini, ada cerita unik-menarik yang diungkapkan pengunjung atau penikmat wisata di Kota Tua Jakarta. Salah satunya, dari seorang fotografer yang dengan senang hati berbagi cerita kepada merahputih.com.

Namanya adalah Mei Sita Lindrie (23) seorang mahasiswi akuntansi yang sangat menyukai fotografi. Dunia fotografi sudah menjadi hobinya sejak lama. Suatu hari, gadis yang akrab disapa Iin ini dan teman-temannya mengadakan sesi pemotretan di wilayah Kota Tua Jakarta, Jakarta Barat. Kebetulan model pemotretan itu adalah teman Iin juga. Karena berseting malam hari, mereka melakukan beberapa persiapan yang lumayan merepotkan, demi mendapat pencahayaan dan kualitas gambar yang eksotis.

Sekitar pukul 10.00 malam, Iin dan rombongan sampai di kawasan Museuum Fatahillah, Kota Tua Jakarta. Ketika mereka sampai, di kawasan itu masih terdapat beberapa orang yang juga melakukan sesi pemotretan. Tidak lama setelahnya, mereka mempersiapkan peralatan dan memulai sesi pemotretan.

Sekitar pukul 11.30 malam, Iin dan rekannya telah selesai dengan sesi pemotret. Mereka pun berbincang untuk membereskan peralatan dan menghilangkan lelah. Model dan beberapa teman Iin pun satu persatu pamit untuk pulang. Hingga tinggal Iin dan dua temannya, mereka masih enggan pulang dan masih berbincang.

Ketika Iin sedang asik berbincang, di ujung gang tempat ia dan temannya berada, berdiri tiga orang wanita mengenakan pakaian zaman kolonial Belanda. Mereka seakan sedang membicarakan sesuatu dan sesekali menoleh ke arah Iin dan temannya. Saat itu, Iin berpikir bahwa mereka adalah model dari sebuah sesi pemotretan. Iin dan temannya mengaggumi pakaian dan riasan ketiga wanita itu.

“Keren ya, sampe mirip banget. Pasti stylish-nya profesional banget,” ujar salah seorang teman Iin.

Tetapi lama memperhatikan, Iin merasa ada yang janggal dengan tatapan wanita-wanita itu. Tatapannya begitu tajam dan dingin, sehingga membuat Iin merinding. Akhirnya, wanita cantik ini memutuskan untuk mengalihkan pandangannya dari tiga wanita itu. Sampai akhirnya, ketiga wanita itu berjalan menghampirinya dan teman-temannya.

Mereka berjalan dengan tatapan tajam. Entah kenapa Iin dan teman-temannya merasa ketakutan. Iin dan teman-temannya saling berpegangan erat ketika tiga wanita itu semakin dekat, dan semakin dekat.

Akhirnya tiga wanita itu berada tepat di samping Iin dan teman-temannya. Iin pun memejamkan matanya. Beruntung ketiga wanita itu hanya melewati Iin dan teman-temannya.

Ketiga wanita berpakaian Belanda itu berjalan dengan tatapan tajam. Entah kenapa Mei Sita Lindrie atau biasa disapa Iin, dan teman-temannya merasa ketakutan. Iin dan teman-temannya saling berpegangan erat ketika tiga wanita itu semakin dekat, dan semakin dekat.

Akhirnya tiga wanita itu berada tepat di samping Iin dan teman-temannya. Iin pun memejamkan matanya. Beruntung tiga wanita itu hanya melewati Iin dan teman-temannya.

Ketika tiga wanita itu telah melewati mereka, Iin pun tenang sambil menatap tiga wanita yang melewati mereka. Tetapi ada yang menarik perhatian Iin dan kedua temannya, di pinggul ketiga wanita itu ada sesuatu yang bersinar-sinar terkena cahaya. Ketika Iin memfokuskan pandangannya ternyata benda bercahaya itu adalah gunting yang masih menancap di pinggang, punggung dan leher ketiga wanita itu. Dari kilauan logam gunting itu, samar namun pasti, Lindrie melihat darah segar mengucur deras.

Novi terpekik kaget melihat hal itu, begitu juga temannya. Dan ketiga wanita itu seketika berhenti berjalan lalu menoleh ke Iin dan teman-temannya. Wajah ketiga noni Belanda itu akhirnya bisa dilihat secara jelas dan tegas oleh Iin, dan betapa kagetnya setelah Iin dan kedua temannya melihat wajah noni-none Belande tersebut dipenuhi luka sayatan pisau. Ketiga kuntilanak itu pun sempat melemparkan senyum sebelum akhirnya mulai tertawa terbahak-bahak hingga memekakkan telinga.

Melihat hal itu, kontan saja Iin dan teman-temannya berlarian meninggalkan tempat itu. Keadaan tempat itu sudah sangat sepi, mereka bahkan tidak tahu harus berlari ke mana. Akhirnya mereka lari menuju mobil, lalu buru-buru tancap gas dari kawasan itu. Hingga hari ini, mereka tidak tahu siapa tiga wanita itu. Tetapi menurut berita mulut ke mulut ternyata kawasan Kota Tua Jakarta memang angker pada malam hari. Banyak laporan penampakan di sana. Dan Lindrie sudah melihat sendiri. Ia tidak akan melupakan kejadian itu seumur hidupnya. 


Sumber: merahputih.com


✍ Sumber Pautan : ☕ Humor, Horor, dan Hiburan

Kredit kepada pemilik laman asal dan sekira berminat untuk meneruskan bacaan sila klik link atau copy paste ke web server : http://ift.tt/2qW8g5E

(✿◠‿◠)✌ Mukah Pages : Pautan Viral Media Sensasi Tanpa Henti. Memuat-naik beraneka jenis artikel menarik setiap detik tanpa henti dari pelbagai sumber. Selamat membaca dan jangan lupa untuk 👍 Like & 💕 Share di media sosial anda!

Kota Tua Jakarta merupakan wisata yang terjangkau oleh semua kalangan warga Ibu Kota, untuk menghilangkan kepenatan dari rutinitas. Di balik wisata eksotis kawasan peninggalan Belanda ini, ada cerita unik-menarik yang diungkapkan pengunjung atau penikmat wisata di Kota Tua Jakarta. Salah satunya, dari seorang fotografer yang dengan senang hati berbagi cerita kepada merahputih.com.

Namanya adalah Mei Sita Lindrie (23) seorang mahasiswi akuntansi yang sangat menyukai fotografi. Dunia fotografi sudah menjadi hobinya sejak lama. Suatu hari, gadis yang akrab disapa Iin ini dan teman-temannya mengadakan sesi pemotretan di wilayah Kota Tua Jakarta, Jakarta Barat. Kebetulan model pemotretan itu adalah teman Iin juga. Karena berseting malam hari, mereka melakukan beberapa persiapan yang lumayan merepotkan, demi mendapat pencahayaan dan kualitas gambar yang eksotis.

Sekitar pukul 10.00 malam, Iin dan rombongan sampai di kawasan Museuum Fatahillah, Kota Tua Jakarta. Ketika mereka sampai, di kawasan itu masih terdapat beberapa orang yang juga melakukan sesi pemotretan. Tidak lama setelahnya, mereka mempersiapkan peralatan dan memulai sesi pemotretan.

Sekitar pukul 11.30 malam, Iin dan rekannya telah selesai dengan sesi pemotret. Mereka pun berbincang untuk membereskan peralatan dan menghilangkan lelah. Model dan beberapa teman Iin pun satu persatu pamit untuk pulang. Hingga tinggal Iin dan dua temannya, mereka masih enggan pulang dan masih berbincang.

Ketika Iin sedang asik berbincang, di ujung gang tempat ia dan temannya berada, berdiri tiga orang wanita mengenakan pakaian zaman kolonial Belanda. Mereka seakan sedang membicarakan sesuatu dan sesekali menoleh ke arah Iin dan temannya. Saat itu, Iin berpikir bahwa mereka adalah model dari sebuah sesi pemotretan. Iin dan temannya mengaggumi pakaian dan riasan ketiga wanita itu.

“Keren ya, sampe mirip banget. Pasti stylish-nya profesional banget,” ujar salah seorang teman Iin.

Tetapi lama memperhatikan, Iin merasa ada yang janggal dengan tatapan wanita-wanita itu. Tatapannya begitu tajam dan dingin, sehingga membuat Iin merinding. Akhirnya, wanita cantik ini memutuskan untuk mengalihkan pandangannya dari tiga wanita itu. Sampai akhirnya, ketiga wanita itu berjalan menghampirinya dan teman-temannya.

Mereka berjalan dengan tatapan tajam. Entah kenapa Iin dan teman-temannya merasa ketakutan. Iin dan teman-temannya saling berpegangan erat ketika tiga wanita itu semakin dekat, dan semakin dekat.

Akhirnya tiga wanita itu berada tepat di samping Iin dan teman-temannya. Iin pun memejamkan matanya. Beruntung ketiga
Loading...
wanita itu hanya melewati Iin dan teman-temannya.

Ketiga wanita berpakaian Belanda itu berjalan dengan tatapan tajam. Entah kenapa Mei Sita Lindrie atau biasa disapa Iin, dan teman-temannya merasa ketakutan. Iin dan teman-temannya saling berpegangan erat ketika tiga wanita itu semakin dekat, dan semakin dekat.

Akhirnya tiga wanita itu berada tepat di samping Iin dan teman-temannya. Iin pun memejamkan matanya. Beruntung tiga wanita itu hanya melewati Iin dan teman-temannya.

Ketika tiga wanita itu telah melewati mereka, Iin pun tenang sambil menatap tiga wanita yang melewati mereka. Tetapi ada yang menarik perhatian Iin dan kedua temannya, di pinggul ketiga wanita itu ada sesuatu yang bersinar-sinar terkena cahaya. Ketika Iin memfokuskan pandangannya ternyata benda bercahaya itu adalah gunting yang masih menancap di pinggang, punggung dan leher ketiga wanita itu. Dari kilauan logam gunting itu, samar namun pasti, Lindrie melihat darah segar mengucur deras.

Novi terpekik kaget melihat hal itu, begitu juga temannya. Dan ketiga wanita itu seketika berhenti berjalan lalu menoleh ke Iin dan teman-temannya. Wajah ketiga noni Belanda itu akhirnya bisa dilihat secara jelas dan tegas oleh Iin, dan betapa kagetnya setelah Iin dan kedua temannya melihat wajah noni-none Belande tersebut dipenuhi luka sayatan pisau. Ketiga kuntilanak itu pun sempat melemparkan senyum sebelum akhirnya mulai tertawa terbahak-bahak hingga memekakkan telinga.

Melihat hal itu, kontan saja Iin dan teman-temannya berlarian meninggalkan tempat itu. Keadaan tempat itu sudah sangat sepi, mereka bahkan tidak tahu harus berlari ke mana. Akhirnya mereka lari menuju mobil, lalu buru-buru tancap gas dari kawasan itu. Hingga hari ini, mereka tidak tahu siapa tiga wanita itu. Tetapi menurut berita mulut ke mulut ternyata kawasan Kota Tua Jakarta memang angker pada malam hari. Banyak laporan penampakan di sana. Dan Lindrie sudah melihat sendiri. Ia tidak akan melupakan kejadian itu seumur hidupnya. 


Sumber: merahputih.com


✍ Sumber Pautan : ☕ Humor, Horor, dan Hiburan

Kredit kepada pemilik laman asal dan sekira berminat untuk meneruskan bacaan sila klik link atau copy paste ke web server : http://ift.tt/2qW8g5E

(✿◠‿◠)✌ Mukah Pages : Pautan Viral Media Sensasi Tanpa Henti. Memuat-naik beraneka jenis artikel menarik setiap detik tanpa henti dari pelbagai sumber. Selamat membaca dan jangan lupa untuk 👍 Like & 💕 Share di media sosial anda!



dengan itu Perkara Cerita Horor Seorang Fotografer di Kota Tua Jakarta

yang semua artikel Cerita Horor Seorang Fotografer di Kota Tua Jakarta Kali ini, diharapkan dapat memberi manfaat kepada anda semua. Okay, jumpa di lain post artikel.

Kini anda membaca artikel Cerita Horor Seorang Fotografer di Kota Tua Jakarta dengan alamat pautan https://timesnewmalaysia.blogspot.com/2017/06/cerita-horor-seorang-fotografer-di-kota.html

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Cerita Horor Seorang Fotografer di Kota Tua Jakarta"

Catat Ulasan

Loading...