Loading...

‘Saya Malu Nak Ke Sekolah Sebab Tiada Hadiah Untuk Cikgu’

Loading...
‘Saya Malu Nak Ke Sekolah Sebab Tiada Hadiah Untuk Cikgu’ - Apa khabar sahabat TIMES NEW MALAYSIA, Dalam artikel yang anda baca kali ini dengan tajuk ‘Saya Malu Nak Ke Sekolah Sebab Tiada Hadiah Untuk Cikgu’, kami telah menyediakan dengan baik untuk artikel ini anda membaca dan memuat turun maklumat di dalamnya. mudah-mudahan mengisi jawatan Artikel BOLASEPAK, Artikel NEWS, Artikel PERNIAGAAN, kita menulis ini, anda boleh memahami. Nah, selamat membaca.

Tajuk : ‘Saya Malu Nak Ke Sekolah Sebab Tiada Hadiah Untuk Cikgu’
link : ‘Saya Malu Nak Ke Sekolah Sebab Tiada Hadiah Untuk Cikgu’

lihat juga


‘Saya Malu Nak Ke Sekolah Sebab Tiada Hadiah Untuk Cikgu’

Ketika menjadi kepala sekolah dulu, suatu pagi seorang imam masjid yang saya kenal, menelepon saya. Katanya ada seorang budak sekolah di masjid, macam ponteng sekolah. Hari itu, hari guru 16 Mei, siswa dan guru tidak berada dalam kelas tetapi di aula dan lapangan dengan kegiatan perayaan.

Saya bergegas ke masjid yang disebut. Parkir mobil agak jauh di sudut masjid. Saya mulai meninjau ke masjid. Tidak ada di balai lintang, saya melangkah ke ruang shalat. Tidak ada juga. Tapi ketika beralih ke bagian muslimat, saya melihat satu sosok. Saya segera ke bagian itu dan memang ada seorang siswa perempuan.

Dia terkejut melihat saya. Bibirnya gemetar mengucap salam pada saya. Tangannya meraup sajadah lalu dipeluk ke tubuh, bagai seorang anak yang takut tua yang garang.

Dia segera berdiri menghormati saya tetapi saya suruh duduk. Saya kenal siswa ini karena dia pernah naik menerima hadiah keunggulan di panggung.

“Kenapa ponteng sekolah? Sedangkan awak siswa terbaik?”

“Tak ada apa cikgu,” jawabnya.

Saya tidak puas karena ini bukanlah tabiatnya. Saya terus mendesak dia berbicara benar.

Matanya mulai berair bila dia memulai bicara lagi. Saya tahu, dia akan berkata benar.

“Pak, saya malu nak ke sekolah hari ini karena saya tidak ada hadiah untuk diberikan kepada guru sempena hari guru. Ayah tak ada duit untuk beli hadiah karena waktu ini tengah bulan . Ayah saya kerja jaga, emak pula sudah meninggal, “katanya terisak.

“Pak, saya malu ditanya teman apa hadiah yang dibawa pada cikgu. Lebih malu lagi bila ada yang bertanya, ‘Nurul tak bawa hadiah ke?’ dan itulah yang terjadi pada tahun lalu, “air matanya deras mengalir di pipi dikesat dengan kain tudung setengah lusuh.

Saya turut merasa sedih dan tidak terucap kata.

Saya mengirimnya pulang ke rumah. Dalam perjalanan pikiran saya berkecamuk. Ternyata kegembiraan hari guru dan sambutannya telah menyakiti hati seorang insan siswa. Bahkan saya yakin lebih banyak lagi siswa yang miskin merasa gundah, resah bila tibanya hari guru.

Menjadi kelaziman hari guru 16 Mei disambut oleh siswa dengan memberi hadiah kepada guru di samping program sekolah. Memanglah itu sesuatu yang baik, tetapi banyak orangtua yang miskin, kurang mampu, menghadapi situasi serba salah bila anak merengek meminta dibelikan hadiah, tak mau ke sekolah tanpa hadiah.

Yang berada meminta hadiah yang lebih baik untuk mengatasi teman. Anak yang telah besar di sekolah menengah mungkin tidak mendesak, tapi memilih jalan lain untuk menghindar, memendam rasa. Namun, siapa yang peduli?

Maka adalah lebih baik jika hadiah kepada guru itu tidaklah diberi penekanan, kualitas light karena juga dapat disalahgunakan untuk meraih perhatian guru. Dan jika dibuat, biarlah secara tertutup. Bukan dalam kelas yang akan menyebabkan siswa lain terasa. Maksudnya hadiah pada guru biarlah diserahkan sendiri di kamar guru. Bagi sekolah di luar kota yang orangtuanya berpenghasilan rendah, lebih-lebih lagilah hal ini perlu diberikan perhatian.

Faktanya, siswa yang baik bukan memberi hadiah kepada gurunya tetapi melayani gurunya, berkerjasama dan patuh pada semua perintah.

Hari guru sebaiknya disambung dengan pengungkapan rasa syukur kepada Allah, bukan diungkapkan dengan bersenang-senang suka. Mungkin olahraga, sukaneka itu baik untuk menjalin hubungan tetapi saya tidak nampak di mana baiknya cikgu naik melalak menyanyi di panggung, murid menyanyi, menari, bergencok. Mungkin sketsa yang mendidik, acara tahlil, bacaan yasin, shalat hajat dan sujud syukur, kenduri satu sekolah, explore race yang bersifat pelajaran dan sebagainya lebih sesuai.

Guru harus bersykur karena ada pekerjaan, ada murid. Murid harus bersyukur karena ada guru yang mendidik. Orangtua harus bersyukur karena ada yang mengambil tanggung jawab untuk mendidik anak mereka.

Marilah kita berubah bila menyambut sesuatu perayaan dari bersenang-senang suka kepada pengungkapan rasa syukur kepada Allah. Kepada orangtua, minta anak menghadiahkan hari guru dengan janji untuk menjadi siswa yang baik, taat, ulet dan disiplin, itu lebih berarti kepada seorang guru dari sekotak hadiah.

Dari kisah yang saya paparkan, jangan kita melihat sesuatu dari satu sudut, dari situasi dan pandangan kita saja, tetapi berpikirlah dari berbagai sudut. Baik pada kita, mungkin melukai orang lain. Selalulah berpikir agar kita tidak menyusahkan orang lain, sebaliknya selalulah berusaha untuk menyenangkan orang lain. Kelak di akhirat Allah gembirakan kita. Wallahu a’lam.

Sumber : infoje



✍ Sumber Pautan : ☕ Siakapkeli

Kredit kepada pemilik laman asal dan sekira berminat untuk meneruskan bacaan sila klik link atau copy paste ke web server : http://ift.tt/2qneSxm

(✿◠‿◠)✌ Mukah Pages : Pautan Viral Media Sensasi Tanpa Henti. Memuat-naik beraneka jenis artikel menarik setiap detik tanpa henti dari pelbagai sumber. Selamat membaca dan jangan lupa untuk 👍 Like & 💕 Share di media sosial anda!

Ketika menjadi kepala sekolah dulu, suatu pagi seorang imam masjid yang saya kenal, menelepon saya. Katanya ada seorang budak sekolah di masjid, macam ponteng sekolah. Hari itu, hari guru 16 Mei, siswa dan guru tidak berada dalam kelas tetapi di aula dan lapangan dengan kegiatan perayaan.

Saya bergegas ke masjid yang disebut. Parkir mobil agak jauh di sudut masjid. Saya mulai meninjau ke masjid. Tidak ada di balai lintang, saya melangkah ke ruang shalat. Tidak ada juga. Tapi ketika beralih ke bagian muslimat, saya melihat satu sosok. Saya segera ke bagian itu dan memang ada seorang siswa perempuan.

Dia terkejut melihat saya. Bibirnya gemetar mengucap salam pada saya. Tangannya meraup sajadah lalu dipeluk ke tubuh, bagai seorang anak yang takut tua yang garang.

Dia segera berdiri menghormati saya tetapi saya suruh duduk. Saya kenal siswa ini karena dia pernah naik menerima hadiah keunggulan di panggung.

“Kenapa ponteng sekolah? Sedangkan awak siswa terbaik?”

“Tak ada apa cikgu,” jawabnya.

Saya tidak puas karena ini bukanlah tabiatnya. Saya terus mendesak dia berbicara benar.

Matanya mulai berair bila dia memulai bicara lagi. Saya tahu, dia akan berkata benar.

“Pak, saya malu nak ke sekolah hari ini karena saya tidak ada hadiah untuk diberikan kepada guru sempena hari guru. Ayah tak ada duit untuk beli hadiah karena waktu ini tengah bulan . Ayah saya kerja jaga, emak pula sudah meninggal, “katanya terisak.

“Pak, saya malu ditanya teman apa hadiah yang dibawa pada cikgu. Lebih malu lagi bila ada yang bertanya, ‘Nurul tak bawa hadiah ke?’ dan itulah yang terjadi pada tahun lalu, “air matanya deras mengalir di pipi dikesat dengan kain tudung setengah lusuh.

Saya turut merasa sedih dan tidak terucap kata.

Saya mengirimnya pulang ke rumah. Dalam perjalanan pikiran saya berkecamuk. Ternyata kegembiraan hari guru dan sambutannya telah menyakiti hati seorang insan siswa. Bahkan saya yakin lebih banyak lagi siswa yang miskin merasa gundah, resah bila tibanya hari guru.

Menjadi kelaziman hari guru 16 Mei disambut oleh siswa dengan memberi hadiah kepada guru di samping program sekolah. Memanglah itu sesuatu yang baik, tetapi banyak orangtua yang miskin, kurang mampu, menghadapi situasi serba salah bila anak merengek meminta dibelikan hadiah, tak mau ke sekolah tanpa hadiah.

Yang berada meminta hadiah yang lebih baik untuk mengatasi teman. Anak yang telah besar di sekolah menengah mungkin tidak mendesak, tapi memilih jalan lain untuk menghindar, memendam rasa. Namun, siapa yang peduli?

Maka adalah lebih baik jika hadiah kepada guru itu tidaklah diberi penekanan, kualitas light karena juga dapat disalahgunakan untuk meraih

Loading...
perhatian guru. Dan jika dibuat, biarlah secara tertutup. Bukan dalam kelas yang akan menyebabkan siswa lain terasa. Maksudnya hadiah pada guru biarlah diserahkan sendiri di kamar guru. Bagi sekolah di luar kota yang orangtuanya berpenghasilan rendah, lebih-lebih lagilah hal ini perlu diberikan perhatian.

Faktanya, siswa yang baik bukan memberi hadiah kepada gurunya tetapi melayani gurunya, berkerjasama dan patuh pada semua perintah.

Hari guru sebaiknya disambung dengan pengungkapan rasa syukur kepada Allah, bukan diungkapkan dengan bersenang-senang suka. Mungkin olahraga, sukaneka itu baik untuk menjalin hubungan tetapi saya tidak nampak di mana baiknya cikgu naik melalak menyanyi di panggung, murid menyanyi, menari, bergencok. Mungkin sketsa yang mendidik, acara tahlil, bacaan yasin, shalat hajat dan sujud syukur, kenduri satu sekolah, explore race yang bersifat pelajaran dan sebagainya lebih sesuai.

Guru harus bersykur karena ada pekerjaan, ada murid. Murid harus bersyukur karena ada guru yang mendidik. Orangtua harus bersyukur karena ada yang mengambil tanggung jawab untuk mendidik anak mereka.

Marilah kita berubah bila menyambut sesuatu perayaan dari bersenang-senang suka kepada pengungkapan rasa syukur kepada Allah. Kepada orangtua, minta anak menghadiahkan hari guru dengan janji untuk menjadi siswa yang baik, taat, ulet dan disiplin, itu lebih berarti kepada seorang guru dari sekotak hadiah.

Dari kisah yang saya paparkan, jangan kita melihat sesuatu dari satu sudut, dari situasi dan pandangan kita saja, tetapi berpikirlah dari berbagai sudut. Baik pada kita, mungkin melukai orang lain. Selalulah berpikir agar kita tidak menyusahkan orang lain, sebaliknya selalulah berusaha untuk menyenangkan orang lain. Kelak di akhirat Allah gembirakan kita. Wallahu a’lam.

Sumber : infoje



✍ Sumber Pautan : ☕ Siakapkeli

Kredit kepada pemilik laman asal dan sekira berminat untuk meneruskan bacaan sila klik link atau copy paste ke web server : http://ift.tt/2qneSxm

(✿◠‿◠)✌ Mukah Pages : Pautan Viral Media Sensasi Tanpa Henti. Memuat-naik beraneka jenis artikel menarik setiap detik tanpa henti dari pelbagai sumber. Selamat membaca dan jangan lupa untuk 👍 Like & 💕 Share di media sosial anda!



dengan itu Perkara ‘Saya Malu Nak Ke Sekolah Sebab Tiada Hadiah Untuk Cikgu’

yang semua artikel ‘Saya Malu Nak Ke Sekolah Sebab Tiada Hadiah Untuk Cikgu’ Kali ini, diharapkan dapat memberi manfaat kepada anda semua. Okay, jumpa di lain post artikel.

Kini anda membaca artikel ‘Saya Malu Nak Ke Sekolah Sebab Tiada Hadiah Untuk Cikgu’ dengan alamat pautan https://timesnewmalaysia.blogspot.com/2017/05/saya-malu-nak-ke-sekolah-sebab-tiada_76.html

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "‘Saya Malu Nak Ke Sekolah Sebab Tiada Hadiah Untuk Cikgu’"

Catat Ulasan

Loading...